Kelebihannovel surat kecil untuk Tuhan ini adalah menyadarkan kita bahwa segala cobaan yang diberikan Tuhan adalah sebuah keharusan yang harus dijalankan dengan rasa syukur dan beriman. tokoh-tokohnya berurusan dengan tuhan dan filmnya juga sedih. 29092016 Dari surat inilah sehingga diangkat sebuah judul untuk novel dan film Surat Kecil
Adayang boleh dilepas (nangis). Ada yang ditahan air matanya," kata BCL saat ditemui di acara gala premiere Surat Kecil Untuk Tuhan di CGV Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (20/6/2017). BCL mengungkap ia memang tidak selalu menangis di setiap adegan sedih. "Kita sudah diskusikan untuk kapan mengeluarkan air mata.
Terlepasdari kekurangan,film ini juga memiliki kelebihan.Kelebihan dari film ini adalah mampu membuat penonton terharu atas perjuangan Keke dalam melawan kanker.Ayah Keke yang selalu berusaha untuk kesembuhan Keke.Pesan film yang disampaikan kepada penonton agar ikhlas dan tabah menerima cobaan dari Allah dan yakin setiap cobaan pasti ada jalan keluarnya,juga setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
13102019Surat Kecil untuk Tuhan film dapat mengacu pada beberapa hal berikut. ringkasan secara garis besar isi novel tersebut kemudian dilanjutkan dengan menilai novel tersebut dengan menampilkan kekurangan dan kelebihannya serta mengulas manfaat novel. Fakta menarik tentang penembakan dan film. Untuk film tahun 2017 lihat Surat Kecil
Disampingberbagai kekurangan yang terdapat dalam film, benar-benar dapat disingkirkan dengan epiknya alur cerita dan kisah yang banyak mengandung nilai moral dan pelajaran hidup untuk tidak memanfaatkan orang lemah, larangan perdagangan organ tubuh manusia, tindakan kekerasan dan pelecehan seksual yang masih marak terjadi di berbagai wilayah di beberapa negara.
GtWahMd. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Surat Kecil Untuk Tuhan adalah film pembuka Falcon Pictures di libur lebaran tepatnya dirilis pada tanggal 25 Juni 2017. Diambil dari cerita novel karya Agnes Davonar, dengan skenario yang ditulis oleh Upi Avianto screenplay. Film drama yang diproduseri Frederica ini digarap oleh Fajar Bustomi dan dibintangi Bunga Citra Lestari dan Joe Taslim sebagai salah satu pemeran utama. Film ini berdurasi sekitar 127 menit atau 2 jam 7 yang diangkat adalah mengenai problematika anak jalanan, Anton Bima Azriel dan Angel Izzari Khansa kakak beradik yatim piatu yang terjebak dalam sindikat memanfaatkan anak-anak terlantar untuk dijadikan pengemis jalanan yang dimana hasilnya itu harus disetorkan kepada ketua sindikat yakni Om Rudi Lukman Sardi. Jika tidak berhasil mencapai target dalam meminta-minta maka hukuman pecutan, disetrika dan ditenggelamkan dalam air akan menanti mereka. Di usia yang masih sangat kecil, mereka diperbudak untuk menjadi mesin uang tanpa kenal waktu dan sangat minim untuk mencapai indahnya masa suatu ketika saat Angel menyebrang di jalan raya, ia tertabrak oleh sebuah mobil sampai terpental dan tak sadarkan diri. Angel dibawa ke rumah sakit, Om Rudi tidak mau menanggung biayanya, untung ada seorang pasangan suami istri yang mau menanggungnya dan mengangkat Angel sebagai anak mereka. Sejak saat itulah Angel terpisahkan dengan Anton. Ia tidak pernah tahu lagi di mana keberadaan sang kakak. Film ini menyajikan 2 alur berbeda dimana Angel semasa kecil yang memprihatinkan dengan Angel yang telah dewasa dengan perubahan nasibnya. Di Sydney, Australia, 15 tahun kemudian, Angel yang telah beranjak dewasa ini diperankan oleh Bunga Citra Lestari, gadis cantik dan pandai yang berhasil mewujudkan impiannya menjadi seorang pengacara dan menjadi pribadi yang suka memberikan bantuan hukum kepada orang-orang yang lemah. Di Sydney pula lah dia bertemu sang pujangga hati, yaitu seorang dokter muda yang bernama Martin Joe Taslim. Sebelum menikah dengannya, Angel ingin kembali ke Indonesia dan mencari keberadaan sang kakak yang tak kunjung ditemukan. Hingga di Jakarta ia menemukan kenyataan-kenyataan pedih lainnya yang belum diketahui dan mengungkapnya sampai meja hijau. Pada awal adegan, penonton disuguhi tindakan kekerasan yang dapat menguras air mata tentang kisah kehidupan anak jalanan yang begitu eksploitatif, berlebihan dan cenderung kurang cocok ditonton oleh anak-anak. Apalagi ada suatu adegan dimana seakan-akan seorang anak yang ingin dioperasi untuk jual beli organ tubuh manusia. Pada menit awal pun pewarnaan kontras seperti kekuningan dan minimnya cahaya yang menjadi kurang jelas menyulitkan penglihatan, tapi itulah yang mungkin memberikan kesan miris dan antara Anton & Angel kecil begitu solid dan berhasil memerankan perjuangan anak kecil yang pilu. Padahal, tak banyak pemeran anak kecil yang penjiwaannya bisa sampai maksimal. Joe Taslim selaku Martin menunjukan kehangatan sebagai seorang kekasih dari Angel dan menjadi seorang dokter yang bersahaja kepada pasien-pasiennya. Bunga Citra Lestari cukup terlihat seperti bukan perwujudan Angel kecil yang pernah mengalami kesengsaraan hidupnya, ia seperti tokoh yang berbeda. Kemesraan antara Angel dan Martin sayangnya terasa agak kaku dan kisah cinta keduanya seperti hanya sebagai pelengkap semata tidak begitu di pemeran pendukung seperti Aura Kasih Ningsih dalam film ini cukup mencuri perhatian untuk aktingnya selaku anak asuh Om Rudi yang mendapatkan perlakuan tak senonoh dan juga kepada Rifnu Wikana yang berperan sebagai tangan kanan Om Rudi bisa memberikan chemistry yang kuat dengan Aura Kasih. Pemeran Om Rudi oleh Lukman Sardi juga terlihat sangat profesional, kesangarannya, sifat yang begitu dingin, kejam dan tanpa ampun. Pada adegan terakhir di pengadilan pun beliau dapat menutupi kekejamannya lewat muka polosnya itu yang dapat membuat kesal penonton. Bahkan adegan Martin dengan pasiennya yang mengidap kanker terlihat lebih backsound lagu-lagu dengan orkestra yang memperkuat suasana hingga penonton terhanyut dan terharu dalam cerita walau terlihat jadi lebih drama dan karena lebih banyaknya adegan menyayat hati seperti mengharuskan terbawa suasana sedih. Penyelesaian film ini terlihat lebih singkat walaupun durasi film sudah cukup panjang. Disamping berbagai kekurangan yang terdapat dalam film, benar-benar dapat disingkirkan dengan epiknya alur cerita dan kisah yang banyak mengandung nilai moral dan pelajaran hidup untuk tidak memanfaatkan orang lemah, larangan perdagangan organ tubuh manusia, tindakan kekerasan dan pelecehan seksual yang masih marak terjadi di berbagai wilayah di beberapa negara. Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Genre Drama Duration 125 menit Distributor Falcon Pictures Producer HB Naveen, Frederica Director Fajar Bustomi Writer Upi Cast Bunga Citra Lestari, Joe Taslim, Lukman Sardi, Aura Kasih, Bima Azriel, Izzati Khansa, Ben Joshua, Rifnu Wikana, Maudy Koesnaedi, Jeroen Lezer, Susan Bachtiar, Chew Kin Sinopsis Kisah pilu tentang kehidupan kakak beradik yatim piatu, Anton Bima Azriel dan Angel Izzati Khansa. Dimana keduanya terjebak dalam suatu sindikat yang memanfaatkan anak-anak terlantar untuk menjadi pengemis jalanan. Di usia mereka yang masih sangat kecil, mereka diperbudak untuk menjadi mesin uang tanpa kenal waktu. Keduanya tidak pernah mengenal indahnya masa kecil. Hingga satu peristiwa Angel mengalami kecelakaan di jalan raya. Ketika Angel sadar, ia sudah ditinggalkan seorang diri di rumah sakit. Dan sejak saat itulah Angel terpisahkan dengan Anton. Ia tidak pernah tahu lagi dimana keberadaan Abangnya.. 15 tahun berlalu, di Sydney, Australia. Berkat keluarga angkatnya yang baik hati, Angel Bunga Citra Lestari tumbuh menjadi perempuan cantik dan pandai. Ia berhasil mewujudkan mimpinya menjadi seorang Pengacara. Disana Angel bertemu dengan Martin Joe Taslim seorang dokter muda asal Indonesia yang baik hati dan membuatnya jatuh cinta. Hidupnya kini diliputi kebahagiaan. Tapi meski demikian Angel tetap dihantui oleh masa lalunya. Ia tidak pernah bisa berhenti memikirkan Anton. Ditengah hidupnya yang penuh kebahagiaan dan rencananya untuk menikah dengan Martin, Angel mengambil keputusan untuk kembali ke Jakarta untuk menyelesaikan dulu masa lalunya, mencari keberadaan sang Abang. Akankah Angel dan Anton bisa bertemu lagi setelah 15 tahun terpisah? Mengapa saya nonton Surat Kecil untuk Tuhan? Saya nonton film ini karena Mama ingin ke Bioskop dan menontonnya, apalagi ketika di sebuah acara televisi, Pak Habibie sempat berkata bahwa film ini bagus hingga membuatnya menangis. Jujur, Mama saya nggak nangis nonton film ini, tapi saya sebaliknya, saya nangis! Hehe, mungkin memang hati saya sesensitif hati Pak Habibie, hingga saya tersentuh oleh beberapa adegan film tersebut. Saya memilih menonton SKUT yang tayang pada pukul padahal saya dan Mama baru berangkat sehabis Asar dari rumah, bayangan saya sih waktunya masih cukup, karena lokasi XXI di Jogja City Mall Jogja sangat dekat dengan rumah saya. Eh tapi ternyata saat sampai di lokasi, antrian tiketnya bo, cukup panjang. Alhamdulillah masih kebagian kursi, dan film juga belum lama mulai. Surat Kecil untuk Tuhan Review Oke, dari kacamata penikmat film, awal film Surat Kecil untuk Tuhan cukup membuat saya tersentak, karena kami disuguhkan adegan kekerasan dalam rumah tangga, padahal di depan saya ada anak-anak yang ikut nonton film bersama orangtuanya, entahlah kategori film ini semua umur atau tidak. Baca juga Budaya Sensor Mandiri dimulai dari Keluarga Lalu adegan berikutnya, mengingatkan saya pada film India Slumdog Millionaire, meski kalau saya bandingkan, jelas jauh, karena suasana pemanfaatan anak-anak jalanan untuk mengamen lebih mengerikan di film Slumdog. Mungkin memang makna film yang ingin diangkat berbeda, karena genre drama terasa kental di film Surat Kecil untuk Tuhan. Baca juga Review Film Bulan Terbelah di Langit Amerika Satu hal yang saya garis bawahi, akting pemeran Anton yaitu Bima Azriel kece badai! Heran ya, zaman sekarang anak kecil aja aktingnya bisa bagus gini, hehe. Kalau BCL dan Joe Taslim sih nggak usah ditanya, meski saya lebih senang Mas Joe main film laga. Di film SKUT penampakan Mas Joe dan karakternya memang dibuat lebih matang serta terlihat seperti family man yang sayang anak-anak gitu. Untuk karakter yang dibawakan Lukman Sardi, hmm menurut saya kurang menantang bagi beliauD. Ada beberapa hal yang sedikit terasa janggal, seperti tempat kerja Angel yang kok Indonesia banget. Bayangan saya soal law firm di Australia kan bakal keren, lha kok pas di kantor ternyata pegawai selain Angel merupakan orang Indonesia juga, dan kasus yang ditangani mereka adalah kasus pekerja Indonesia, serta ada juga kasus kekerasan pada wanita Indonesia. Oke, saya asumsikan ini law firm kayak komisi perlindungan WNI gitu kah? Lalu saat bertemu dengan Martin, yang merupakan dokter jantung, yang akhirnya mengajak Angel menikah, kok ya ada darah Indonesianya juga. Kenapa bukan orang asli Australia sekalian aja? Hmm, ini semacam mempertanyakan takdir, dari sekian banyak laki-laki di dunia ini, kok ya jodoh saya teman SMA saya ya? Haha, padahal zaman SMA nggak kenal, apakah dunia selebar daun kelor? Ataukah memang yang namanya takdir dalam kehidupan nyata pun kadang nggak bisa di pikir dengan logika? Anyway, selama hampir 1,5 jam pertama, saya merasa alur film ini cukup lambat, hingga membuat saya bolak-balik ngecek hp dan wa grup, hoho, tapi kalau Mama saya sih terlihat menikmati filmnya. Dari kacamata saya, konflik film tersebut juga kurang complicated, kurang lah untuk sebuah film. Tapi semakin ke belakang, ada beberapa poin positif yang bisa diambil dari film ini, yaitu 1. Membuat saya menyadari arti syukur Bersyukur karena bisa hidup di keluarga yang utuh, bersyukur bisa mempunyai masa kecil yang menyenangkan, bersyukur lahir dalam keadaan sehat, dan sebagainya. Film ini membuat akan membuat teman-teman merasa nggak pantas mengeluh, karena di luar sana masih banyak yang hidupnya nggak senyaman teman-teman. Dalam film Surat Kecil untuk Tuhan, Martin kecil mempunyai penyakit jantung yang membuatnya tidak dapat hidup normal, hingga akhirnya Martin kecil berhasil bertahan hidup dengan transplantasi jantung, dan hal tersebut membuatnya lebih menghargai hidup, sekecil apapun kebahagiaan yang didapat. Martin memutuskan menjadi dokter jantung, agar dapat menolong anak-anak lain yang seperti dia. See the point? Wujud rasa syukur bisa dengan cara membantu orang lain, atau dengan jalan melakukan yang terbaik sesuai dengan peran kita masing-masing di dunia ini. 2. Membuat saya berpikir soal trafficking anak, pemanfaatan anak jalanan, hingga jual-beli organ ilegal Isu ini memang bukan merupakan permasalahan baru di Indonesia. Masih ingat nggak saat publik dihebohkan foto anak-anak yang terikat tangannya? Kabarnya anak-anak tersebut merupakan korban penculikan yang organ tubuhnya akan di ambil. Mengerikan sekali bukan? Saya sih nggak terlalu tahu faktanya, tapi memang pasti ada mafia anak yang menghalalkan segala cara demi uang dan uang. Kalau di film ini, Om Rudi Lukman Sardi punya masa lalu yang hidup dalam kemiskinan sehingga dia menjadi jahat, para pelaku trafficking di dunia nyata mungkin punya alasan yang kurang lebih sama. Entah mengapa, saya jadi ingat teman saya yang dulu juga hidup dalam kemiskinan hingga pernah menjadi TKI, dan sekarang dia berjuang di ranah pendidikan anak-anak para petani, karena menurutnya, pendidikan adalah jalan untuk memutus rantai kemiskinan. Somehow, jalan ini kelak dapat juga memutus rantai kriminalitas. Ah, saya jadi banyak merenung soal ini, karena bukan hanya tugas polisi saja untuk menangkap para penjahat, namun alangkah lebih baiknya, jika teman-teman dapat melakukan upaya preventif, ya salah satunya dengan menyediakan pendidikan terbaik untuk anak-anak kurang mampu, anak jalanan, dan sebagainya. Kalau teman-teman bisa berperan di jalan ini, maka lakukanlah, bisa dengan menjadi orangtua asuh, memberi donasi beasiswa bagi anak tidak mampu, menjadi relawan pengajar, bahkan menjadi sosiopreneur seperti teman saya. Saya yakin, banyak pembaca blog ini, khususnya tulisan ini, yang bisa berperan untuk memberantas kriminalitas, lewat jalan pendidikan yang layak bagi anak-anak tersebut. Maaf ya, review saya jadi berat, mumpung pas nih temanya bahas beginian 😀 3. Mau mengakui kesalahan dan menyuarakan kebenaran Ada beberapa adegan yang menggambarkan kegalauan hati tokoh di film Surat Kecil untuk Tuhan, yaitu saat akan memutuskan suatu langkah baik, tetapi akan memberi efek negatif bagi diri sendiri. Bang Asep yang berani menjadi saksi meski dia tetap akan dipenjara, Ningsih yang mau menjadi saksi, meski harus mengungkapkan masa lalunya yang kelam, merupakan contoh bahwa ada orang berani menebus kesalahannya, bahkan ada yang rela membuka luka lama, demi menyuarakan kebenaran. Semoga saya dan teman-teman semua juga seperti itu ya. Hal ini berlaku untuk semua sendi kehidupan soalnya, beranilah menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Beranilah menyuarakan yang baik itu baik, dan yang tidak baik ya tidak baik, meski teman-teman dianggap aneh, atau akan menerima perlakuan negatif karena keputusan tersebut. 4. Belajar ikhlas menerima takdir Takdir, sebuah ketentuan yang tak bisa kita elakkan. Berbeda dengan nasib, dapat kita usahakan dengan ikhtiar dan doa terbaik. Takdir Angel Bunga Lestari di film ini, tak dapat dia elakkan, meski hati terasa sakit dan sedih. Begitu juga takdirnya bertemu Martin, yang ternyata ***….. Spolier alert. Angel tentu saja membuat penyangkalan dan awalnya tidak rela terhadap takdirnya, tapi pada akhirnya, hanya keikhlasan lah yang dapat membuatnya hidup bahagia. Sama seperti yang kerap saya dan teman-teman hadapi di dunia nyata, kadang takdir tampak tak baik, tapi percayalah selalu ada hikmah dibaliknya. Baca juga Finding Sory in Finding Dory Yang Unik di Film Surat Kecil untuk Tuhan 1. Joe Taslim berperan sebagai dokter Kaget aja waktu aktor yang memerankan tokoh ini adalah Joe Taslim. Seperti saya tulis di atas, Mas Joe terkenal dengan film laganya, otomatis kalau main film drama jadi gimana gitu. Tapi menurut saya sih aktingnya oke, tergambar jelas di matanya bahwa Martin merupakan dokter yang humble, tulus, dan berdedikasi tinggi karena motivasinya menjadi dokter begitu personal. Sebagai pribadi, tokoh Martin yang diperankan Joe Taslim juga cukup sukses membuat saya merinding ih bisa ya Mas Joe akting sedih gitu, hehe. Dua jempol deh! 2. Lagu anak-anak versi choir membuat film terasa lebih hidup Memasukkan lagu anak-anak versi choir atau paduan suara membuat film ini memiliki nilai lebih yang unik. Kesan drama, kesedihan, dan perjuangannya jadi dapet banget gitu. Apalagi lagu terakhir yang jadi penutup adegan film, duh benar-benar membuat saya meleleh. Teman-teman kudu menghayati setiap lagu choirnya deh, dijamin jadi merenung kayak sayaD Meski saya menangis saat nonton Surat Kecil untuk Tuhan, tapi nggak sampai harus bawa tisu kok. Cocok kalau mau nonton sama Mama, Bapak, atau Nenek, karena cerita Surat Kecil untuk Tuhan sederhana dan mudah dicerna, serta banyak nilai-nilai kebaikan di film ini. Semoga review ini dapat membantu teman-teman untuk ikut mendukung perfilman Indonesia ya. Oh ya, zaman serba digital gini saya lebih sering pesan tiket online. Teman-teman sudah tahu kalau ada 6 cara pesan tiket bioskop online? Biasanya pada pesan tiket dimana? Visited 761 times, 1 visits today
kelebihan dan kekurangan film surat kecil untuk tuhan 2017